Asing

Bebunyian alarm dari stasiun kereta, pesawat terbang yang numpang lewat di atas serabutan aktivitas kota, motor dan kendaraan bermesin lainnya yang hilir mudik menjadi temannya bersantai di senja ini. Malam sudah hampir tiba, orang-orang juga sudah banyak yang berpulangan akibat penerangan di tempat itu sengaja dibuat minim.

Dia merasa sedikit ketakutan, ada keasingan yang meliputi perpustakaan kampusnya itu tatkala lampu mulai temaram. Apalagi ini bulan Ramadhan. Sejak bedug ditabuh dan suara Adzan diperdengarkan, semua orang jadi berbalik badan dan menjauhi pandangannya.

Tetapi, mungkin rasa asing itu bukan berasal dari gelapnya area taman perpustakaan. Bisa jadi, jadwal perpustakaan yang begitu getol mengusir pengunjungnyalah alasan perasaan terasing itu muncul.

Baru sekejap ia termenung, tiba-tiba area taman lingkar itu merupa sepi. Sepi sempurna.  Tidak ada seorangpun yang bertahan dalam dinginnya angin semilir dari arah danau kecuali dia seorang. Lampu di ujung sudut taman pun nyala-mati, akan sangat berhasil jika ingin mempersuasi perasaan takut dan halusinasi.

Tapi ia tak gentar. Bukan hal-hal semacam itu yang bisa membebat kalut pada jiwanya. Hanya, hatinya getir. Makin lama makin pahit dirasakannya keterasingan itu.

" Mungkin bukan karena perpustakaan begini cepat sudah lekas tutup, hmmp."

Ia pun memutuskan untuk berlalu juga dari tempat itu, agak lebih lambat 26 menit dari orang-orang yang sudah lebih awal beranjak.

"Kayaknya, gara-gara kemungkinan gue gak akan ke perpus ini lagi deh."

Seekor katak lewat tanpa permisi di depannya, tampak lugas menetapkan langkah kemana akan pergi.

"Lantas, kemana nanti kuputar setir kehidupanku ini Tuhan? Masakan aku seperti katak itu, meloncat saja kemana suka. Bahkan, siapa tahu katak itu bukannya berjingkrak tanpa tujuan, pastilah aku lebih bodoh dibanding seekor katak. Tak tahu arah melintang, tak jua ku mampu untuk meloncat.
Daya ku apa untuk mengejar ketertinggalan, sekarang saja... aku tak ubahya seorang bayi yang belajar merangkak."

Pelan-pelan kakinya dikayuh, mengarah pada tempat ramai yang bisa membuatnya lupa untuk berdialog semu. Seperti yang dilakukannya saat ini, semu, tak pernah menghasilkan titik temu.


No comments:

Tinggalkan jejak di rumah saya! ^_^

Powered by Blogger.